Senin, 15 April 2013

Psikoterapi Pendekatan Analisis Transaksional (AT)

Eric Berne (1910- 1970) adalah psikiater kelahiran Kanada. Dengan latihan psikoanalitis, Eric Berne menentang terhadap apa yang dilihat yaitu kekomplekan psikoanalisa. Berne mengerjakan terapi yang gampang untuk dipahami dan dimengerti oleh orang awam. Hasilnya ialah “transactional analysis” atau TA (analisis transaksional).
Berne merumuskan bahwa kepribadian manusia disusun dari “keadaan ego”, yang merupakan susunan intelek dan emosi saling bertalian. Keadaan ego “Orang Tua” terdiri dari nilai dan nasehat (yang baik) orang tua. Keadaan ego “Orang Dewasa” dibentuk oleh kontak obyektif dengan lingkungan. Dan keadaan ego “Anak” berisi aspek kepribadian spontan yang kekanak- kanakan. Kritik dan kekolotan bertalian dengan orang tua.

Berikut Merupakan Konsep-Konsep Utama Analisis Transaksional :
1) Pandangan tentang sifat manusia
AT berakar pada suatu filsafat yang anti deterministik serta menekankan bahwa manusia sanggup melampaui pengondisia dan pemrograman awal. Disamping AT berpijak pada asumsi-asumsi bahwa orang-orang sanggup memahami putusan-putusan masa lampaunya dan bahwa orang-orang mampu memilih untuk memutuskan ulang. AT meletakkan kepercayaan pada kesanggupan individu untuk tampil diluar pola-pola kebiasaan dan menyeleksi tujuan-tujuan dan tingkah laku baru. Hal ini tidak menyiratkan orangorang terbebas dari pengaruh kekuatan- kekuatan sosial, juga tidak berarti bahwa orang-orang sampai pada putusan hidupnya yang penting itu sepenuhnya oleh dirinya sendiri, tetapi berarti bahwa, bagaimanapun, orang-orang dipengaruhi oleh pengharapanpengharapan dan tuntutan-tuntutan dari orang-orang lain yang berarti, dan putusan-putusan dininyapun dibuat ketika hidup mereka sangat bergantung pada orang lain, tetapi putusan-putusan itu bisa ditinjau dan ditantang dan serta, jika putusan-putusan dininya tidak laik lagi. Bisa dibuat putusan-putusan baru.

2) Perwakilan-perwakilan Ego
Keadaan ego setiap orang mempunyai pembuangan repertoire yang terbatas dari keadaan ego yang dibagi kedalam tiga jenis: yaitu keadaan Orang Tua dipinjam dari figur Orang Tua dan memproduksi kembali perasaan, sikap, tingkah laku, serta tanggapan dari figur tersebut. Keadaaan ego Orang Dewasa berhubungan dengan mengumpulkan dan memproses, serta perkiraan kemungkinan sebagai dasar atas tindakan. Keadaan ego Anak merupaka peninggalan dari masa kanak-kanak individu dan menghasilkan kembali tingkah laku, serta keadaan pikirannya pada keadaan tertentu atau jangka waktu tertentu dari perkembangannya, memakai fasilitas yang ditingkatkan pada pembuangan pada saat dewasa.

3) Skenario-skenario kehidupan dan posisi-posisi psikologis dasar
Skenario-skenario kehidupan adalah ajaran-ajaran orang tua yang kita pelajari dan putusan-putusan awal dibuat oleh kita sebagai anak, yang selanjutnya dibawa oleh kita sebagai orang dewasa. Kita menerima pesanpesan dan dengan demikian kita belajar dan menetapkan – tentang bagaimana kita usia dini. Pesan-pesan verbal dan nonverbal orang tua mengkomunikasika bagaimana mereka melihat kita dan bagaimana mereka merasaka diri kita. Kita membuat putusan-putusan dini yang memberikan andil pada perasaan sebagai pemenang (perasaan “OK”) atau perasaan sebagai orang yang kalah (perasaan “tidak OK”).
Perintah orang tua adalah bagian dari skenario kehidupan kita yang mencakup “harus”, “semestinya”, “lakukan”, “jangan dilakukan”, dan pengharapan-pengharapan orang tua. Kita mempelajari perintah-perintah itu pada usia dini, dan kita juga membuat putusan-putusan tentang bagaimana kita akan merespon orang lain dan bagaiman kita merasakan harga diri kita. Dalam kehidupan dewasa banyak tingkah laku kita yang tumbuh dari bagaimana kita “diskenariokan” dan dari hasil putusan-putusan ini yang kita buat.
Berkaitan dengan konsep-konsep skenario kehidupan, pesan-pesan dan perintah-perintah orang tua, dan putusan-putusan dini itu, adalah konsep dalam AT tentang empat posisi dasar dalam hidup: 1). “Saya OK dan anda OK” 2). “Saya OK dan anda tidak OK” 3). “Saya tidak OK dan anda OK”. 4). “Saya tidak OK dan anda tidak OK”. Masing-masing posisi itu berlandaskan putusan-putusan orang yang dibuat sebagai hasil dari pengalaman dini di masa kanak-kanak. Jika seseorang telah membuat suatu putusan, maka dia pada umumnya akan bertahan pada putusannya itu kecuali jika ada campur tangan (terapi atau kejadian tertentu) yang mengubahnya. Posisi yang sehat adalah dengan perasaan sebagai pemenang atau posisi Saya Ok dan Anda OK. Dalam posisi tersebut dua orang merasa seperti pemenang dan bisa menjalin hubungan langsung yang terbuka. Saya OK dan Anda tidak OK adalah posisi orang-orang yang memproyeksikan masalah-masalahnya kepada orang lain dan mempersalahkan kepada orang lain. Ia adalah posisi yang arogan yang menjauhkan seseorang dari orang lain dan mempertahankan seseorang dari penyingkiran diri.
Saya tidak OK dan Anda OK adalah posisi orang yang mengalami depresi, yang merasa tak kuasa dibanding dengan orang lain, dan yang cenderung menarik diri atau lebih suka memenuhi keinginan orang lain ketimbang keinginannya sendiri. Saya tidak OK dan Anda tidak OK adalah posisi orang-orang yang menyingkirkan semua harapan, yang kehilangan minat hidup, dan melihat hidup sebagai tidak mengandung harapan.

4) Kebutuhan manusia akan belaian
Model aslinya adalah bahwa orang tua yang secara fisik membelai bayinya. Dalam teori AT sebuah belaian merupakan bagian dari suatu perhatian yang melengkapi stimulasi yang optimal kepada individu. Belaian ini merupakan kebutuhan dalam setiap interaksi sosial dan menyehatkan. Belaian ini tidak hanya dibutuhkan dan terjadi pada anak akan tetapi juga pada masa dewasa dan belaian yang diterima atau yang diberiakn akan menguatkan posisi hidup seseorang dan lebih jauh akan memperkuat naskah, fungsi ego, transaksi dan permainanpermainannya.

5) Permainan-permainan yang kita mainkan.
Para pendukung AT mendorong orang-orang untuk mengenali dan memahami perwakilan-perwakilan ego-nya. Alasannya adalah dengan mengakui ketiga perwakilan ego itu, orang-orang bisa membebaskan diri dari putusan-putusan Anak yang telah usang dan dari pesan-pesan Orang Tua yang irasional yang menyulitkan kehidupan mereka. AT mengajari orang bagaimana yang sebaiknya digunakan untuk membuat putusanputusan yang penting bagi kehidupannya. Di samping itu, para tokoh AT mengungkapkan bahwa orang-orang bisa memahami dialog internalnya antara Orang Tua dan Anak. Mereka juga bisa mendengar dan memahamihubungn mereka dengan orang lain. Mereka bisa sadar akan kapan mereka harus terus terang dan kapan mereka harus berbohong pada orang lain.
Dengan menggunakan prinsip-prinsip AT, orang-orang bisa sadar akan jenis belaian yang diperolehnya, dan mereka bisa merubah respon-respon belaian di negatif kepada positif. Mereka juga bisa memberi belaian yang juga mereka butuhkan. Dan jika mereka enggan melakukannya, mereka bisa memastikan bahwa Orang Tua pengritik mereka mendikte mereka agar mereka “jangan” tergila-gila pada diri sendiri. Pendek kata, salah satu sasaran AT adalah membantu orang-orang agar memahami sifat transaksitransaksi mereka dengan orang lain, sehingga mereka bisa merespon orang lain secara langsung, meyeluruh dan akrab. Dari situ kecenderungan kepada permainan bisa dikurangi.
AT memandang permainan-permainan sebagai penukaran belaianbelaian yang mengakibatkan berlarut-larutnya perasaan-perasaan tidak enak.
Permainan-permainan boleh jadi memperlihatkan keakraban. Akan tetapi, orang-orang yang terlibat dalam transaksi-transaksi memainkan permainan menciptakan jarak diantara mereka sendiri dengan menginpersonalkan pasangannya. Transaksi itu sekurang-kurangnya melibatkan dua orang memainka peranan. Transaksi-transaksi permainan akan batal jika salah seorang menjadi sadar bahwa dirinya berada dalam permaianan dan kemudian memutuskan untuk tidak lagi memainkannya. Jadi, langkah pertama untuk membatalkan transaksi permainan adalah menyadari sifat halus permainan. Permainan-permainan yang umum meliputi “Saya yang malang”, “Pahlawan”, “Ya, tapi”, “Jika bukan untuk kamu”, “Lihat apa yang kamu lakukan sehingga aku berbuat !”, “Terganggu”, “Kegaduhan”, dan “Si Tolol”. Para orang tua sering mengunakan serangkaian permainan untuk mengendalikan anaknya, dan anak membalas dengan permainanpermainan yang bahkan lebih berkembang; buktinya, anak-anak sangat ahli dalam menemukan permainan-permainan guna mengindari tugas-tugas. Masalah yang ditimbulkan oleh permainan-permainan itu adalah motif yang tersembunyi tetap terpendam, dan para pemain memperoleh perasaan tidak OK.

Berikut bentuk-bentuk analisis transaksional
Setiap apa yang dikerjakan dan apa yang dikatakan inividu yang satu denga yang lain disebut transaksi. Transaksi dapat terjadi secara verbal (transaksional) dan transaksi non verbal (transaksi psikologik) yang terjadi dalam transaksi yang terselubung.
Ada tiga bentuk transaksi dalam kaitannya denga interaksi yang terjadi antara dua individu, yaitu:
a. Transaksi-transaksi komplementer (saling mengisi)
Transaksi ini dapat terjadi jika antara stimulus dan respon cocok, tepat dan memang yang diharapkan, sehingga transaksi ini akan berjalan lancar.
b. Transaksi silang
Transaksi itu terjadi jika antara stimulus dan respon tidak cocok atau tidak sebagaimana yang diharapkan dan biasanya komunikasi atau interaksi ini akan terganggu.
c. Transaksi terselubung
Transaksi ini terjadi jika antara dua status ego beroperasi bersamasama. Biasanya dapat dirasakan meliputi dewasa diarahkan ke dewasa, akan tetapi meyembunyikan suatu pesan yang sebenarnya. Misalnya dewasa ke anak, atau orang tua ke anak.34
Berikut merupakan dasar dan tujuan terapi
Dasar tujuan dari AT adalah membantu pihak klien dalam rangka membuat keputusan baru. Yaitu tentang tingkah lakunya sekarang yang diarahkan pada kehidupannya, caranya dengan jalan membantu klien untuk mendapatkan kesadaran tentang bagaimana klien menghadapi masalahnya yang berkaitan dengan kebebasan memilih dan memberikan pilihan untuk menentukan cara hidupnya.
Berikut teknik-teknik terapi analisis transaksional
1) Analisis strutural
Analisis struktural adalah suatu cara yang dapat menjadikan individu sadar tentang isi dan fungsi dari status egonya (orang tuadewasa dan anak). Di dalam AT, klien belajar bagaimana mengidentifikasi status egonya. AT di sini membantu klien untuk menyelesaikan kembali pola-pola yang individu rasakan mengganggu, kemudian klien disuruh untuk menyatakan keluar status egonya.
2) Metode belajar
Oleh karena AT mendasarkan pada aspek kognitif, maka proses belajar mengajar merupakan dasar dari pendekatannya. Anggota kelompok AT diharapkan akan kenal dengan analisis strukural dan menguasai dasar dari status ego orang tua, dewasa dan anak.
3) Kursi kosong
Kursi kosong adalah suatu prosedur yang sesuai analisi struktural. Bagaimana kursi kosong itu dijalankan ? Umpamanya seorang klien mengalami kesulitan dalam menghadapi boss-nya (ego Orang Tua). Klien diminta untuk membayangkan bahwa seseorang tengah duduk di sebuah kursi dihadapannya dan mengajaknya berdialog. Prosedur ini memberikan kesempatan pada klien untuk menyatakan pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan sikap-sikapnya selama ia menjalankan peran-peran perwakilan-perwakilan egonya. Klien tidak hanya mempertajam kesadarannya, dalam kasus ini ego Orang Tuanya, tetapi juga kedua ego lainnya (Anak dan Orang Dewasa) yang biasanya memiliki ciri-ciri tertentu dalam hubungannya dengan keadaan yang dibayangkan. Teknik kursi kosong bisa digunakan oleh orang-orang yang mengalami konflikkonflik internal yang hebat guna memperoleh fokus yang tajam dan pegangan yang konkret bagi upaya pemecahan.
4) Permainan peran
Prosedur AT dapat juga digunakan dengan teknik-teknik psikodrama atau role playing. Di dalam terapi kelompok situasi-situasi di dalam role playing dapat melibatkan anggota yang lain. Kemungkinan yang terjadi anggota kelompok yang lain menggunakan status ego tertentu yang berkaitan dengan masalah dengan klien dan klien berbicara dengan anggota tersebut. Kemungkinan dalam psikodrama ada anggota yang menggunakan status ego tertentu dan tidak mau berubah, maka dalam situasi ini klien dapat memberikan reaksinya dalam tingkah laku yang ditampakkan dalam kelompok
5) Family Modelling
Ini merupakan suatu teknik lain yang dapat digunakan untuk analisis struktural, terutama bagi klien yang selalu menggunakan status ego tertentu. Didalam teknik ini klien disuruh untuk membayangkan yang melibatkan banyak individu, mungkin yang berhubungan dengan pengalaman masa lalu atau dirinya; misalnya dirinya sebagai direktur, produser atau aktor. Klien menetapkan situasi dan menggunakan anggota lain dari kelompoknya sebagai anggota keluarga. Kemudian dari analisis didiskusikan dan dievaluasi dengan kesadaran yang penuh atas situasi yang spesifik dan arti dirinya.
6) Analysis of Ritual and Past Time
Analisis permainan merupakan aspek yang penting dalam mengetahui transaksi yang sebenarnya dengan orang lain. Di dalam hal ini perlu diobervasi dan diketahui bagaimana permainan dimainkan dan belaian apa yang diterima, bagaimana keadaan permainan itu, apakah ada jarak dan apa diiringi dengan keakraban.






sumber :
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/10/jtptiain-gdl-s1-2005-mahfudzfau-484-BAB2_410-1.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar