Minggu, 24 Maret 2013

TERAPI HUMANISTIK EKSISTENSIAL

Ni Ketut Budiartini
3PA01/14510946
PSIKOTERAPI

Teori Humanistik Eksistensial

1. Teori Abraham Maslow
Eksistensialisme sangat menekankan pada anggapan bahwa manusia memiliki kebebasan dan bertanggung jawab bagi tindakan-tindakannya, maka pandangan-pandangan eksistensialisme menarik bagi para ahli psikologi humanistik dan selanjutnya dijadikan landasan teori psikologi humanistik. Adapun pokok-pokok teori psikologi humanistik yang dikembangkan oleh Maslow adalah sebagai berikut (Koeswara, 19991 :.112-118 dan Alwisol 2005 : 252-270)
1) Prinsip holistik
Menurut Maslow, holisme menegaskan bahwa organisme selalu bertingkah laku sebagai kesatuan yang utuh, bukan sebagai rangkaian bagian atau komponen yang berbeda. Jiwa dan tubuh bukan dua unsur yang terpisah tetapi bagian dari suatu kesatuan, dan apa yang terjadi pada bagian yang satu akan mempengaruhi bagian yang lain. Pandangan holistik dalam kepribadian, yang terpenting adalah :
a. Kepribadian normal ditandai dengan unitas, integrasi, konsistensi, dan koherensi.Organisasi adalah keadaan normal dan disorganisasai adalah keadaan patologis (sakit).
b. Organisme dapat dianalisis dengan membedakan tiap bagiannya, tetapi tidak ada bagian yang dapat dipelajari dalam isolasi.
c. Organisme memiliki suatu dorongan yang berkuasa, yaitu aktualisasi diri.
d. Pengaruh lingkungan eksternal pada perkembangan normal bersifat minimal. Potensi organisme jika bisa terkuak di lingkungan yang tepat akan menghasilkan kepribadian yang sehat dan integral.
e. Penelitian yang komprehensif terhadap satu orang lebih berguna dari pada penelitian ekstensif terhadap banyak orang mengenai fungsi psikologis yang diisolasi.
2) Individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sada, bebas memilih atau menentukan setiap tindakannya. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang bebas dan bertanggung jawab.
3) Manusia tidak pernah diam, tetapi selalu dalam proses untuk menjadi sesuatu yang lain dari sebelumnya (becoming). Namun demikian perubahan tersebut membutuhkan persyaratan, yaitu adanya lingkungan yang bersifat mendukung.
4) Individu sebagai keseluruhan yang integral, khas, dan terorganisasi.
5) Manusia pada dasarnya memiliki pembawaan yang baik atau tepatnya netral. Kekuatan jahat atau merusak pada diri manusia merupakan hasil atau pengaruh dari lingkungan yang buruk, dan bukan merupakan bawaan.
6) Manusia memiliki potensi kreatif yang mengarahkan manusia kepada pengekspresian dirinya menjadi orang yang memiliki kemampuan atau keistimewaan dalam bidang tertentu.
7) Self-fulfillment merupakan tema utama dalam hidup manusia.
8) Manusia memiliki bermacam-macam kebutuhan yang secara hirarki dibedakan menjadi sebagai berikut (Boeree, 2004)
a. kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
b. kebutuhan akan rasa aman (the safety and security needs)
c. kebutuhan akan cinta dan memiliki (the love and belonging needs)
d. kebutuhan akan harga diri (the esteem needs)
e. kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)

Konsep Utama Pendekatan Humanistik Eksistensial
1. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri,suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Kesadaran diri membedakan manusia dengan mahluk-mahluk lain. Pada hakikatnya semakin tinggi kesadaran seseorang, semakin ia hidup sebagai pribadi. Meningkatkan kesadaran berarti meningkatkan kesanggupan seseorang untuk mengalami hidup secara penuh sebagai manusia.Peningkatan kesadaran diri yang mencakup kesadaran atas alternatif-alternatif, motivasi-motivasi, faktor-faktor yang membentuk pribadi, dan atas tujuan-tujuan pribadi, adalah tujuan segenap konseling. Kesadaran diri banyak terdapat pada akar kesanggupan manusia, maka putusan untuk meningkatkan kesadaran diri adalah fundamental bagi pertumbuhan manusia.
2. Kebebasan tanggung jawab, kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tangung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar bagi manusia. Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia yang mana merupakan sesuatu yang patologis, sebab ia bisa menjadi suatu tenaga motivasional yang kuat untuk pertumbuhan kepribadian.
3. Penciptaan makna
Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Manusia pada dasarnya selalu dalam pencarian makna dan identitas diri. Manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah mahluk yang rasional.

Tujuan-tujuan Terapeutik
1. Agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi dasar atas
keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan
bertindak berdasarkan kemampuannya.
2. Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihan
nya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
3. Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan
memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korban
kekuatan-kekuatan deterministik diluar dirinya.

Fungsi dan Peran Terapis
Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut :
1. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
2. Menyadari peran dari tanggung jawab terapis
3. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
4. Berorientasi pada pertumbuhan
5. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi
6. Mengakui bahwa putusan dan pilihan akhir terletak ditangan klien.
7. Memandang terapis sebagai model, dalam arti bahwa terapis dengan gaya
Hidup dan pandangan humanistiknyatentang manusia secara implisit menunjukkan kepada klien potensi bagi tindakan kreatif dan positif
8. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan untuk
Mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.
9. Bekerja ke arah mengurangi ketergantungan klien serta meningkatkan
Kebebasan klien.

Teknik Terapi
Teori humanistik eksistensial tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur konseling bisa dipungut dari beberapa teori konseling lainnya separti teoriGestalt dan Analisis Transaksional. Tugas konselor disini adalah menyadarkan konseli bahwa ia masih ada di dunia ini dan hidupnya dapat bermakna apabila ia memaknainya.

Minggu, 17 Maret 2013

Teknik Terapi Psikoanalisis

mata kuliah : psikoterapi

1. Pengertian Terapi Psikoanalisis
Adalah teknik atau metoda pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini. Psikoanalisa sendiri dipelopori oleh tokoh psikologi yang terkenal yaitu Sigmund Freud. Seperti konsep psikoanalisa Sigmund Freud, terapi dengan metode ini juga mempunyai konsep yang didasari oleh struktur kepribadian dasar manusia yaitu id, ego, dan super ego. Metode ini sendiri merupakan upaya perawatan terhadap perilaku abnormal atau gangguan dengan cara mengidentifikasikan penyebab-penyebab ‘tak sadar’ dari perilaku atau gangguan yang terjadi (diderita klien). Hal ini sangat berkaitan dengan konsep struktur pikiran yang diungkapkan oleh Freud. Freud mengungkapkan bahwa penyebab ‘tak sadar’ itu merupakan konflik yang disebabkan adanya kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan dalam diri tiap individu dan memberi pengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian individu sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengubah kesadaran individu, sehingga segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar menjadi sadar, serta memperkuat ego individu untuk dapat menghadapi kehidupan yang realita.
Didalam terapi psikoanalisis ini sangat dibutuhkan sifat dari terapeutik, maksudnya adalah adanya hubungan interpersonal dan kerja sama yang professional antara terapis dan klien, terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien dapat merasakan kenyamanan, ketenangan dan bisa rileks menceritakan permasalahan serta tujuannya untuk menemui terapis. Karena focus utama dalam proses terapi ini adalah menggali seluruh informasi permasalahan dan menganalisis setiap kata-kata yang diungkapkan oleh klien.

2. Konsep-konsep Terapi Psikoanalisis
Anxiety/Kecemasan

• Anxiety realita
Adalah rasa takut akan bahaya dari dunia luar dimana individu tidak dapat menerima kenyataan.
• Anxiety neurotic
Adalah rasa takut yang muncul ketika insting tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan seseorang melakukan sesuatu yang nantinya akan mendapat hukuman
• Anxiety moral
Adalah rasa takut yang muncul pada orang-orang yang memilki superego yang tinggi, orang-orang dengan perkembangan moral yang baik akan merasa berdosa ketika merka melakukan suatu hal yang bertentangan dengaan nilai moral.

Struktur Kepribadian
• Id
Id (berkembang sejak lahir hingga usia dua tahun) merupakan lapisan psikis yang paling dasar di mana cinta dan kematian berkuasa. Id bersifat primitif, tidak terkendali, dan emosional: “sebuah dunia yang tidak logis”. Naluri bawaan seperti seks, agresif, dan keinginan-keinginan yang direpresi berada di sini. Prinsip kesenangan mendominasi bagian ini sedangkan ruang, waktu, beserta logika yang berkenaan dengan hukum kontradiksi tidak berlaku. Dalam Id energi dipergunakan untuk memuaskan naluri melalui tindakan refleksi dan pemuasan keinginan segera. (jurnal “Mengkaji Lucia Hartini Dan Lukisannya Dari Perspektif Psikoanalisis)
Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.

• Ego
Ego (berkembang sejak berusia dua tahun) beraktivitas di semua lapisan; bersifat sadar manakala melakukan aktivitas sadar seperti persepsi lahiriah, persepsi batiniah, dan proses-proses intelektual; berlaku prasadar saat melakukan fungsi ingatan; dan aktivitas tak sadar Ego dijalankan dengan mekanisme pertahanan (defence mechanisms). Mekanisme pertahanan diri dapat dilakukan dengan cara sublimasi (misalnya mengatasi stres dengan melukis atau olah raga), represi, regresi, fiksasi, identifikasi, proyeksi, penolakan, dan pengalihan (displacement). Mempertahankan keutuhan kepribadian dan adaptasi dengan lingkungan melalui prinsip realitas adalah peran utama Ego. (jurnal “Mengkaji Lucia Hartini Dan Lukisannya Dari Perspektif Psikoanalisis)

• Superego
Superego (berkembang saat berusia tiga tahun dan dipengaruhi orang tua) dibentuk melalui internalisasi larangan atau perintah yang berasal dari luar hingga menjadi sesuatu yang menjadi milik subjek sendiri. Aktivitas Superego sebagai dasar hati nurani saat menyatakan diri dalam konflik dengan Ego yang dirasakan dalam emosi seperti rasa bersalah, menyesal, dan sebagainya. Termasuk di sini observasi diri, kritik diri inhibisi. Jika Superego mempertimbangkan orang lain, maka Id dan Ego bersifat egois. Konsekuensi teori ini terhadap psikoanalisis adalah konflik tidak lagi dianalisis sebagai pertentangan antarnaluri, melainkan pertahanan Ego terhadap dorongan naluriah

B. Proses Terapi Psikoanalisis
1. Asosiasi Bebas
Tugas penting dari psikoanalisis adalah untuk membawa keluar apa yang tersembunyi, harapan ketidaksadaran, konflik, dan berbagai keinginan tidak sadar yang terwujud sebagai gejala penyimpangan dan terwujud pada perilaku individu. Tujuan akhir dari berbagai tujuan itu adalah asosiasi bebas. Klien diharapkan dapat menerima aturan dasar, untuk meminimalisasi kontrol kesadarannya, tanpa melakukan sensor atau seleksi apa yang terlintas pada pikirannya. Agar proses asosiasi bebas dapat berjalan lancar; maka kemungkinan datangnya stimulus diperkecil, dan klien didukung melakukan kondisi yang rileks.Para analis meminta klien untuk melakukan asosiasi bebas, berbicara dengan bebas tentang dirinya, menceritakan tentang seluruh mimpi-mimpinya; baik tentang isinya, dan mengatakan segala sesuatunya pada analis. Ia mengatakan berbagai hal dan menguraikannya satu persatu apa saja yang ada di dalam pikirannya dan menghubungkannya dengan bagian-bagian dari asosiasi yang ada. Apakah asosiasi? Asosiasi merupakan keberkaitan antara hubungan antara gagasan, ingatan, dan kegiatan dari pancaindera (Pustaka, 1990).Pada bagian ini, asosiasi-asosiasi bebas mengarah pada pembicaraan bebas yang terlintas dalam pikiran klien. Analis harus mampu mendorong agar klien mau bebas berbicara,pengacauan stimuli diperkecil dan relaksasi didukung. Selama sesi-sesi ilmu pengobatan, klien berbaring didepan.Freud biasanya duduk dekat kepala depan, karena Freud dapat mengamati pandangan pasien. Freud percaya bahwa dengan tata letak seperti ini, dapat mengatur energi yang tidak berguna dari klien. Energi yang tidak berguna dari klien itu berupa pemikiran, perasaan, dan sejumlah fantasi. Pada mulanya, Freud meminta klien untuk menutup matanya sebagai tambahan.Hanya hal ini dapat menyebabkan klien tidak melakukan kontak dengan terapisnya. Format terapi bagi psikoanalisis klasik meminimkan keterlibatan rangsangan fisik dan sosial, agar tidak menghambat kahyalan internal dan berbagai keinginan. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan komunikasi klien untuk menyatakan pikiran-pikiran tidak sadar, emosional, dan tidak masuk akal. Proses tersebut agar semakin dekat dengan pada proses utama, yaitu penggalian pengamatan pada pikiran masa anak-anak, mimpi, dan pikiran tidak rasional. Pikiran pikiran itu memang dicari pada proses asosiasi bebas, dibandingkan pikiran kedewasaan, orientasi realitas, dan kondisi siaga.Beberapa ahli analis jiwa tradisional masih meminta klien mereka berbaring di dipan, namun pada saat ini banyak juga para analis dan klien duduk berhadapan di kursi yang nyaman.Pembicaraan tentang apa yang terlintas di pikiran bukanlah suatu tugas yang mudah.Individu bisa saja tidak siap atau tidak akan menyanggupi pernyataan-pernyataan yang rasional,justru sebaliknya ia mungkin akan memotong dan melarang pikiran-pikiran irasional tersebut timbul. Niat yang baik (yang secara sosial telah menjadi suatu hal yang baku), seseorang tidak akan suka untuk membicarakan hal-hal yang nampaknya sepele, tidak perlu, tidak masuk akal,mempermalukan orang lain, atau hal yang tidak relevan. Beberapa isu yang dengan sadar dihindarkan, menyebabkan kesadaran melakukan pertahanan; menyebabkan pikiran tak sadar justru menjadi pemicu proses sakit saraf individu. Timbulnya penutupan untuk berbagai hal yang sifatnya, seperti: hal yang sederhana, penghindaran topik, dan perilaku yang mencerminkan pembalasan dalam proses perawatan; seperti melupakan atau datang menjelang akhir dari janji temu.

2. Analisa Mimpi
Selama tidur, ada kondisi yang santai dari pengendalian ego normal dibandingkan pada waktu asosiasi bebas. Hal ini disebabkan proses tak sadar menjadi lebih bebas beraksi dibandingkan pada waktu pikiran sadar. Mimpi menyediakan suatu sumber informasi yang kaya tentang kebutuhan tak sadar; Freud menguraikan bahwa mimpi sebagai “pernyataan yang paling mudah dari alam tidak sadar”. Klien dalam psikoanalisa standar didukung untuk mengingat dan menceriterakan mimpi mereka, serta dibahas lalu dianalisa lebih lanjut. Tema dan gambaran mimpi ini diselidiki sebagai stimulus atau bahan eksplorasi untuk asosiasi bebas.Mimpi yang timbul dilaporkan oleh Freud merupakan wujud dari isi yang tersembunyi (material tak sadar yang tersembunyi). Material yang tersembunyi untuk muncul secara jelas, justru dapat menyebabkan ketidakmampuan individu untuk tidur, karenanya proses itu diubah bentuknya dari konflik dan berbagai keinginan yang tak sadar, menjadi sesuatu yang tidak bersalah dan dimunculkan dalam bentuk gambaran. Pekerjaan mimpi bertanggung jawab untuk perubahan ini,melibatkan suatu rangkaian operasi mental yang kompleks, seperti penggantian jarak, pemadatan,dan simbolisasi. Banyak dari lambang ini secara pribadi unik, meskipun demikian, mimpi pada orang lain jadilah lebih universal. Suatu obyek simbol, berupa penis, dalam mimpi dapat berupa bermacam-macam simbol. Simbol tersebut akan nampak menghadirkan pengalaman manusia yang tersebar luas dan mempunyai keadaan umum pada lambang mitologi, seni, atau puisi. Bagi psikoterapis pemaknaan ini harus diselidiki untuk maksud dam arti bagi setiap pribadi pada setiap kasus.


3. Pemindahan (Transference)
Analisa pemindahan (transference) adalah inti dari terapi psikonalisis. Proses ini merupakan kondisi klien, di mana ia memiliki perasaan pribadi yang kuat pada analis.Perasaan itu tidak bisa dipahami berkaitan dengan peristiwa terapi yang nyata atau dari karakters analis atau perilaku yang timbul.Rasa hormat dan cinta (pemindahan yang positif) atau kebalikannya; seperti,rasa benci, penghinaan atau marah (bersifat negatif)menjadi nampak demikian berlebihan. Hal ini yang sering dilakukan pada anak-anak dan merupakan pola yang primif. Tidak sesuai dengan statusnya sebagai orang dewasa dan hubungan profesional antara klien dengan terapis.

4. Penafsiran (Interpretation)
Hal yang pokok saat melakukan proses analisa pada klien adalah penafsiran yang menjadi bagian dari asosiasi bebas menjadi bagian dari teknik dari psikoanalisis. Gambaran yang mengarahkan pada psikoterapi adanya orientasi untuk pembahasan panjangnya penafisan berkaitan dengan model terapi yang digunakan.Penafsiran psikoanalisa memiliki arti secara spesifik bagaimana ketidak sadaran.

D. Terapi Psikonalisis Jangka Pendek
Proses psikoanalisa melibatkan empat hingga lima kali pertemuan selama satu jam untuk perminggu,selama dua atau tiga tahun.penyimpangan waktu hingga empat atau lima tahun bukanlah sesuatu yang luar biasa.banyak pertimbangan,biaya yang lebih sedikit,waktu yang panjang dan akhir dari sesi yang seolah tidak terbatas.saat ini waktu proses psikoanalisis dapat dilakukan lebih singkat,tanpa mengurangi atau kehilangan kekayaan uniknya.beberapa psikoterapis praktis yang mempraktikkan psikoanalisa hingga memakan waktu bertahun-tahun.banyak orang yang memasuki proses psikoterapi psikoanalisa yang tradisional.psikoterapi untuk memperoleh bantuan pada permasalahan yang spesifik.


Teknik Terapi Psikoanalisis

mata kuliah : psikoterapi

1. Pengertian Terapi Psikoanalisis
Adalah teknik atau metoda pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini. Psikoanalisa sendiri dipelopori oleh tokoh psikologi yang terkenal yaitu Sigmund Freud. Seperti konsep psikoanalisa Sigmund Freud, terapi dengan metode ini juga mempunyai konsep yang didasari oleh struktur kepribadian dasar manusia yaitu id, ego, dan super ego. Metode ini sendiri merupakan upaya perawatan terhadap perilaku abnormal atau gangguan dengan cara mengidentifikasikan penyebab-penyebab ‘tak sadar’ dari perilaku atau gangguan yang terjadi (diderita klien). Hal ini sangat berkaitan dengan konsep struktur pikiran yang diungkapkan oleh Freud. Freud mengungkapkan bahwa penyebab ‘tak sadar’ itu merupakan konflik yang disebabkan adanya kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan dalam diri tiap individu dan memberi pengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian individu sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengubah kesadaran individu, sehingga segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar menjadi sadar, serta memperkuat ego individu untuk dapat menghadapi kehidupan yang realita.
Didalam terapi psikoanalisis ini sangat dibutuhkan sifat dari terapeutik, maksudnya adalah adanya hubungan interpersonal dan kerja sama yang professional antara terapis dan klien, terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien dapat merasakan kenyamanan, ketenangan dan bisa rileks menceritakan permasalahan serta tujuannya untuk menemui terapis. Karena focus utama dalam proses terapi ini adalah menggali seluruh informasi permasalahan dan menganalisis setiap kata-kata yang diungkapkan oleh klien.

2. Konsep-konsep Terapi Psikoanalisis
Anxiety/Kecemasan

• Anxiety realita
Adalah rasa takut akan bahaya dari dunia luar dimana individu tidak dapat menerima kenyataan.
• Anxiety neurotic
Adalah rasa takut yang muncul ketika insting tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan seseorang melakukan sesuatu yang nantinya akan mendapat hukuman
• Anxiety moral
Adalah rasa takut yang muncul pada orang-orang yang memilki superego yang tinggi, orang-orang dengan perkembangan moral yang baik akan merasa berdosa ketika merka melakukan suatu hal yang bertentangan dengaan nilai moral.

Struktur Kepribadian
• Id
Id (berkembang sejak lahir hingga usia dua tahun) merupakan lapisan psikis yang paling dasar di mana cinta dan kematian berkuasa. Id bersifat primitif, tidak terkendali, dan emosional: “sebuah dunia yang tidak logis”. Naluri bawaan seperti seks, agresif, dan keinginan-keinginan yang direpresi berada di sini. Prinsip kesenangan mendominasi bagian ini sedangkan ruang, waktu, beserta logika yang berkenaan dengan hukum kontradiksi tidak berlaku. Dalam Id energi dipergunakan untuk memuaskan naluri melalui tindakan refleksi dan pemuasan keinginan segera. (jurnal “Mengkaji Lucia Hartini Dan Lukisannya Dari Perspektif Psikoanalisis)
Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.

• Ego
Ego (berkembang sejak berusia dua tahun) beraktivitas di semua lapisan; bersifat sadar manakala melakukan aktivitas sadar seperti persepsi lahiriah, persepsi batiniah, dan proses-proses intelektual; berlaku prasadar saat melakukan fungsi ingatan; dan aktivitas tak sadar Ego dijalankan dengan mekanisme pertahanan (defence mechanisms). Mekanisme pertahanan diri dapat dilakukan dengan cara sublimasi (misalnya mengatasi stres dengan melukis atau olah raga), represi, regresi, fiksasi, identifikasi, proyeksi, penolakan, dan pengalihan (displacement). Mempertahankan keutuhan kepribadian dan adaptasi dengan lingkungan melalui prinsip realitas adalah peran utama Ego. (jurnal “Mengkaji Lucia Hartini Dan Lukisannya Dari Perspektif Psikoanalisis)

• Superego
Superego (berkembang saat berusia tiga tahun dan dipengaruhi orang tua) dibentuk melalui internalisasi larangan atau perintah yang berasal dari luar hingga menjadi sesuatu yang menjadi milik subjek sendiri. Aktivitas Superego sebagai dasar hati nurani saat menyatakan diri dalam konflik dengan Ego yang dirasakan dalam emosi seperti rasa bersalah, menyesal, dan sebagainya. Termasuk di sini observasi diri, kritik diri inhibisi. Jika Superego mempertimbangkan orang lain, maka Id dan Ego bersifat egois. Konsekuensi teori ini terhadap psikoanalisis adalah konflik tidak lagi dianalisis sebagai pertentangan antarnaluri, melainkan pertahanan Ego terhadap dorongan naluriah

B. Proses Terapi Psikoanalisis
1. Asosiasi Bebas
Tugas penting dari psikoanalisis adalah untuk membawa keluar apa yang tersembunyi, harapan ketidaksadaran, konflik, dan berbagai keinginan tidak sadar yang terwujud sebagai gejala penyimpangan dan terwujud pada perilaku individu. Tujuan akhir dari berbagai tujuan itu adalah asosiasi bebas. Klien diharapkan dapat menerima aturan dasar, untuk meminimalisasi kontrol kesadarannya, tanpa melakukan sensor atau seleksi apa yang terlintas pada pikirannya. Agar proses asosiasi bebas dapat berjalan lancar; maka kemungkinan datangnya stimulus diperkecil, dan klien didukung melakukan kondisi yang rileks.Para analis meminta klien untuk melakukan asosiasi bebas, berbicara dengan bebas tentang dirinya, menceritakan tentang seluruh mimpi-mimpinya; baik tentang isinya, dan mengatakan segala sesuatunya pada analis. Ia mengatakan berbagai hal dan menguraikannya satu persatu apa saja yang ada di dalam pikirannya dan menghubungkannya dengan bagian-bagian dari asosiasi yang ada. Apakah asosiasi? Asosiasi merupakan keberkaitan antara hubungan antara gagasan, ingatan, dan kegiatan dari pancaindera (Pustaka, 1990).Pada bagian ini, asosiasi-asosiasi bebas mengarah pada pembicaraan bebas yang terlintas dalam pikiran klien. Analis harus mampu mendorong agar klien mau bebas berbicara,pengacauan stimuli diperkecil dan relaksasi didukung. Selama sesi-sesi ilmu pengobatan, klien berbaring didepan.Freud biasanya duduk dekat kepala depan, karena Freud dapat mengamati pandangan pasien. Freud percaya bahwa dengan tata letak seperti ini, dapat mengatur energi yang tidak berguna dari klien. Energi yang tidak berguna dari klien itu berupa pemikiran, perasaan, dan sejumlah fantasi. Pada mulanya, Freud meminta klien untuk menutup matanya sebagai tambahan.Hanya hal ini dapat menyebabkan klien tidak melakukan kontak dengan terapisnya. Format terapi bagi psikoanalisis klasik meminimkan keterlibatan rangsangan fisik dan sosial, agar tidak menghambat kahyalan internal dan berbagai keinginan. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan komunikasi klien untuk menyatakan pikiran-pikiran tidak sadar, emosional, dan tidak masuk akal. Proses tersebut agar semakin dekat dengan pada proses utama, yaitu penggalian pengamatan pada pikiran masa anak-anak, mimpi, dan pikiran tidak rasional. Pikiran pikiran itu memang dicari pada proses asosiasi bebas, dibandingkan pikiran kedewasaan, orientasi realitas, dan kondisi siaga.Beberapa ahli analis jiwa tradisional masih meminta klien mereka berbaring di dipan, namun pada saat ini banyak juga para analis dan klien duduk berhadapan di kursi yang nyaman.Pembicaraan tentang apa yang terlintas di pikiran bukanlah suatu tugas yang mudah.Individu bisa saja tidak siap atau tidak akan menyanggupi pernyataan-pernyataan yang rasional,justru sebaliknya ia mungkin akan memotong dan melarang pikiran-pikiran irasional tersebut timbul. Niat yang baik (yang secara sosial telah menjadi suatu hal yang baku), seseorang tidak akan suka untuk membicarakan hal-hal yang nampaknya sepele, tidak perlu, tidak masuk akal,mempermalukan orang lain, atau hal yang tidak relevan. Beberapa isu yang dengan sadar dihindarkan, menyebabkan kesadaran melakukan pertahanan; menyebabkan pikiran tak sadar justru menjadi pemicu proses sakit saraf individu. Timbulnya penutupan untuk berbagai hal yang sifatnya, seperti: hal yang sederhana, penghindaran topik, dan perilaku yang mencerminkan pembalasan dalam proses perawatan; seperti melupakan atau datang menjelang akhir dari janji temu.

2. Analisa Mimpi
Selama tidur, ada kondisi yang santai dari pengendalian ego normal dibandingkan pada waktu asosiasi bebas. Hal ini disebabkan proses tak sadar menjadi lebih bebas beraksi dibandingkan pada waktu pikiran sadar. Mimpi menyediakan suatu sumber informasi yang kaya tentang kebutuhan tak sadar; Freud menguraikan bahwa mimpi sebagai “pernyataan yang paling mudah dari alam tidak sadar”. Klien dalam psikoanalisa standar didukung untuk mengingat dan menceriterakan mimpi mereka, serta dibahas lalu dianalisa lebih lanjut. Tema dan gambaran mimpi ini diselidiki sebagai stimulus atau bahan eksplorasi untuk asosiasi bebas.Mimpi yang timbul dilaporkan oleh Freud merupakan wujud dari isi yang tersembunyi (material tak sadar yang tersembunyi). Material yang tersembunyi untuk muncul secara jelas, justru dapat menyebabkan ketidakmampuan individu untuk tidur, karenanya proses itu diubah bentuknya dari konflik dan berbagai keinginan yang tak sadar, menjadi sesuatu yang tidak bersalah dan dimunculkan dalam bentuk gambaran. Pekerjaan mimpi bertanggung jawab untuk perubahan ini,melibatkan suatu rangkaian operasi mental yang kompleks, seperti penggantian jarak, pemadatan,dan simbolisasi. Banyak dari lambang ini secara pribadi unik, meskipun demikian, mimpi pada orang lain jadilah lebih universal. Suatu obyek simbol, berupa penis, dalam mimpi dapat berupa bermacam-macam simbol. Simbol tersebut akan nampak menghadirkan pengalaman manusia yang tersebar luas dan mempunyai keadaan umum pada lambang mitologi, seni, atau puisi. Bagi psikoterapis pemaknaan ini harus diselidiki untuk maksud dam arti bagi setiap pribadi pada setiap kasus.


3. Pemindahan (Transference)
Analisa pemindahan (transference) adalah inti dari terapi psikonalisis. Proses ini merupakan kondisi klien, di mana ia memiliki perasaan pribadi yang kuat pada analis.Perasaan itu tidak bisa dipahami berkaitan dengan peristiwa terapi yang nyata atau dari karakters analis atau perilaku yang timbul.Rasa hormat dan cinta (pemindahan yang positif) atau kebalikannya; seperti,rasa benci, penghinaan atau marah (bersifat negatif)menjadi nampak demikian berlebihan. Hal ini yang sering dilakukan pada anak-anak dan merupakan pola yang primif. Tidak sesuai dengan statusnya sebagai orang dewasa dan hubungan profesional antara klien dengan terapis.

4. Penafsiran (Interpretation)
Hal yang pokok saat melakukan proses analisa pada klien adalah penafsiran yang menjadi bagian dari asosiasi bebas menjadi bagian dari teknik dari psikoanalisis. Gambaran yang mengarahkan pada psikoterapi adanya orientasi untuk pembahasan panjangnya penafisan berkaitan dengan model terapi yang digunakan.Penafsiran psikoanalisa memiliki arti secara spesifik bagaimana ketidak sadaran.

D. Terapi Psikonalisis Jangka Pendek
Proses psikoanalisa melibatkan empat hingga lima kali pertemuan selama satu jam untuk perminggu,selama dua atau tiga tahun.penyimpangan waktu hingga empat atau lima tahun bukanlah sesuatu yang luar biasa.banyak pertimbangan,biaya yang lebih sedikit,waktu yang panjang dan akhir dari sesi yang seolah tidak terbatas.saat ini waktu proses psikoanalisis dapat dilakukan lebih singkat,tanpa mengurangi atau kehilangan kekayaan uniknya.beberapa psikoterapis praktis yang mempraktikkan psikoanalisa hingga memakan waktu bertahun-tahun.banyak orang yang memasuki proses psikoterapi psikoanalisa yang tradisional.psikoterapi untuk memperoleh bantuan pada permasalahan yang spesifik.


Sabtu, 16 Maret 2013

Teknik Terapi Psikoanalisis

Mata kuliah : Psikoterapi


1. Pengertian Terapi Psikoanalisis
Adalah teknik atau metoda pengobatan yang dilakukan oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman yang direpresnya selama masa kecil serta memunculkan dorongan-dorongan yang tidak disadarinya selama ini. Psikoanalisa sendiri dipelopori oleh tokoh psikologi yang terkenal yaitu Sigmund Freud. Seperti konsep psikoanalisa Sigmund Freud, terapi dengan metode ini juga mempunyai konsep yang didasari oleh struktur kepribadian dasar manusia yaitu id, ego, dan super ego. Metode ini sendiri merupakan upaya perawatan terhadap perilaku abnormal atau gangguan dengan cara mengidentifikasikan penyebab-penyebab ‘tak sadar’ dari perilaku atau gangguan yang terjadi (diderita klien). Hal ini sangat berkaitan dengan konsep struktur pikiran yang diungkapkan oleh Freud. Freud mengungkapkan bahwa penyebab ‘tak sadar’ itu merupakan konflik yang disebabkan adanya kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan dalam diri tiap individu dan memberi pengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian individu sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan.
Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengubah kesadaran individu, sehingga segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar menjadi sadar, serta memperkuat ego individu untuk dapat menghadapi kehidupan yang realita.
Didalam terapi psikoanalisis ini sangat dibutuhkan sifat dari terapeutik, maksudnya adalah adanya hubungan interpersonal dan kerja sama yang professional antara terapis dan klien, terapis harus bisa menjaga hubungan ini agar klien dapat merasakan kenyamanan, ketenangan dan bisa rileks menceritakan permasalahan serta tujuannya untuk menemui terapis. Karena focus utama dalam proses terapi ini adalah menggali seluruh informasi permasalahan dan menganalisis setiap kata-kata yang diungkapkan oleh klien.

2. Konsep-konsep Terapi Psikoanalisis
Anxiety/Kecemasan

• Anxiety realita
Adalah rasa takut akan bahaya dari dunia luar dimana individu tidak dapat menerima kenyataan.
• Anxiety neurotic
Adalah rasa takut yang muncul ketika insting tidak dapat dikendalikan dan menyebabkan seseorang melakukan sesuatu yang nantinya akan mendapat hukuman
• Anxiety moral
Adalah rasa takut yang muncul pada orang-orang yang memilki superego yang tinggi, orang-orang dengan perkembangan moral yang baik akan merasa berdosa ketika merka melakukan suatu hal yang bertentangan dengaan nilai moral.

Struktur Kepribadian
• Id
Id (berkembang sejak lahir hingga usia dua tahun) merupakan lapisan psikis yang paling dasar di mana cinta dan kematian berkuasa. Id bersifat primitif, tidak terkendali, dan emosional: “sebuah dunia yang tidak logis”. Naluri bawaan seperti seks, agresif, dan keinginan-keinginan yang direpresi berada di sini. Prinsip kesenangan mendominasi bagian ini sedangkan ruang, waktu, beserta logika yang berkenaan dengan hukum kontradiksi tidak berlaku. Dalam Id energi dipergunakan untuk memuaskan naluri melalui tindakan refleksi dan pemuasan keinginan segera. (jurnal “Mengkaji Lucia Hartini Dan Lukisannya Dari Perspektif Psikoanalisis)
Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak disadari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.

• Ego
Ego (berkembang sejak berusia dua tahun) beraktivitas di semua lapisan; bersifat sadar manakala melakukan aktivitas sadar seperti persepsi lahiriah, persepsi batiniah, dan proses-proses intelektual; berlaku prasadar saat melakukan fungsi ingatan; dan aktivitas tak sadar Ego dijalankan dengan mekanisme pertahanan (defence mechanisms). Mekanisme pertahanan diri dapat dilakukan dengan cara sublimasi (misalnya mengatasi stres dengan melukis atau olah raga), represi, regresi, fiksasi, identifikasi, proyeksi, penolakan, dan pengalihan (displacement). Mempertahankan keutuhan kepribadian dan adaptasi dengan lingkungan melalui prinsip realitas adalah peran utama Ego. (jurnal “Mengkaji Lucia Hartini Dan Lukisannya Dari Perspektif Psikoanalisis)

• Superego
Superego (berkembang saat berusia tiga tahun dan dipengaruhi orang tua) dibentuk melalui internalisasi larangan atau perintah yang berasal dari luar hingga menjadi sesuatu yang menjadi milik subjek sendiri. Aktivitas Superego sebagai dasar hati nurani saat menyatakan diri dalam konflik dengan Ego yang dirasakan dalam emosi seperti rasa bersalah, menyesal, dan sebagainya. Termasuk di sini observasi diri, kritik diri inhibisi. Jika Superego mempertimbangkan orang lain, maka Id dan Ego bersifat egois. Konsekuensi teori ini terhadap psikoanalisis adalah konflik tidak lagi dianalisis sebagai pertentangan antarnaluri, melainkan pertahanan Ego terhadap dorongan naluriah

B. Proses Terapi Psikoanalisis
1. Asosiasi Bebas
Tugas penting dari psikoanalisis adalah untuk membawa keluar apa yang tersembunyi, harapan ketidaksadaran, konflik, dan berbagai keinginan tidak sadar yang terwujud sebagai gejala penyimpangan dan terwujud pada perilaku individu. Tujuan akhir dari berbagai tujuan itu adalah asosiasi bebas. Klien diharapkan dapat menerima aturan dasar, untuk meminimalisasi kontrol kesadarannya, tanpa melakukan sensor atau seleksi apa yang terlintas pada pikirannya. Agar proses asosiasi bebas dapat berjalan lancar; maka kemungkinan datangnya stimulus diperkecil, dan klien didukung melakukan kondisi yang rileks.Para analis meminta klien untuk melakukan asosiasi bebas, berbicara dengan bebas tentang dirinya, menceritakan tentang seluruh mimpi-mimpinya; baik tentang isinya, dan mengatakan segala sesuatunya pada analis. Ia mengatakan berbagai hal dan menguraikannya satu persatu apa saja yang ada di dalam pikirannya dan menghubungkannya dengan bagian-bagian dari asosiasi yang ada. Apakah asosiasi? Asosiasi merupakan keberkaitan antara hubungan antara gagasan, ingatan, dan kegiatan dari pancaindera (Pustaka, 1990).Pada bagian ini, asosiasi-asosiasi bebas mengarah pada pembicaraan bebas yang terlintas dalam pikiran klien. Analis harus mampu mendorong agar klien mau bebas berbicara,pengacauan stimuli diperkecil dan relaksasi didukung. Selama sesi-sesi ilmu pengobatan, klien berbaring didepan.Freud biasanya duduk dekat kepala depan, karena Freud dapat mengamati pandangan pasien. Freud percaya bahwa dengan tata letak seperti ini, dapat mengatur energi yang tidak berguna dari klien. Energi yang tidak berguna dari klien itu berupa pemikiran, perasaan, dan sejumlah fantasi. Pada mulanya, Freud meminta klien untuk menutup matanya sebagai tambahan.Hanya hal ini dapat menyebabkan klien tidak melakukan kontak dengan terapisnya. Format terapi bagi psikoanalisis klasik meminimkan keterlibatan rangsangan fisik dan sosial, agar tidak menghambat kahyalan internal dan berbagai keinginan. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan komunikasi klien untuk menyatakan pikiran-pikiran tidak sadar, emosional, dan tidak masuk akal. Proses tersebut agar semakin dekat dengan pada proses utama, yaitu penggalian pengamatan pada pikiran masa anak-anak, mimpi, dan pikiran tidak rasional. Pikiran pikiran itu memang dicari pada proses asosiasi bebas, dibandingkan pikiran kedewasaan, orientasi realitas, dan kondisi siaga.Beberapa ahli analis jiwa tradisional masih meminta klien mereka berbaring di dipan, namun pada saat ini banyak juga para analis dan klien duduk berhadapan di kursi yang nyaman.Pembicaraan tentang apa yang terlintas di pikiran bukanlah suatu tugas yang mudah.Individu bisa saja tidak siap atau tidak akan menyanggupi pernyataan-pernyataan yang rasional,justru sebaliknya ia mungkin akan memotong dan melarang pikiran-pikiran irasional tersebut timbul. Niat yang baik (yang secara sosial telah menjadi suatu hal yang baku), seseorang tidak akan suka untuk membicarakan hal-hal yang nampaknya sepele, tidak perlu, tidak masuk akal,mempermalukan orang lain, atau hal yang tidak relevan. Beberapa isu yang dengan sadar dihindarkan, menyebabkan kesadaran melakukan pertahanan; menyebabkan pikiran tak sadar justru menjadi pemicu proses sakit saraf individu. Timbulnya penutupan untuk berbagai hal yang sifatnya, seperti: hal yang sederhana, penghindaran topik, dan perilaku yang mencerminkan pembalasan dalam proses perawatan; seperti melupakan atau datang menjelang akhir dari janji temu.

2. Analisa Mimpi
Selama tidur, ada kondisi yang santai dari pengendalian ego normal dibandingkan pada waktu asosiasi bebas. Hal ini disebabkan proses tak sadar menjadi lebih bebas beraksi dibandingkan pada waktu pikiran sadar. Mimpi menyediakan suatu sumber informasi yang kaya tentang kebutuhan tak sadar; Freud menguraikan bahwa mimpi sebagai “pernyataan yang paling mudah dari alam tidak sadar”. Klien dalam psikoanalisa standar didukung untuk mengingat dan menceriterakan mimpi mereka, serta dibahas lalu dianalisa lebih lanjut. Tema dan gambaran mimpi ini diselidiki sebagai stimulus atau bahan eksplorasi untuk asosiasi bebas.Mimpi yang timbul dilaporkan oleh Freud merupakan wujud dari isi yang tersembunyi (material tak sadar yang tersembunyi). Material yang tersembunyi untuk muncul secara jelas, justru dapat menyebabkan ketidakmampuan individu untuk tidur, karenanya proses itu diubah bentuknya dari konflik dan berbagai keinginan yang tak sadar, menjadi sesuatu yang tidak bersalah dan dimunculkan dalam bentuk gambaran. Pekerjaan mimpi bertanggung jawab untuk perubahan ini,melibatkan suatu rangkaian operasi mental yang kompleks, seperti penggantian jarak, pemadatan,dan simbolisasi. Banyak dari lambang ini secara pribadi unik, meskipun demikian, mimpi pada orang lain jadilah lebih universal. Suatu obyek simbol, berupa penis, dalam mimpi dapat berupa bermacam-macam simbol. Simbol tersebut akan nampak menghadirkan pengalaman manusia yang tersebar luas dan mempunyai keadaan umum pada lambang mitologi, seni, atau puisi. Bagi psikoterapis pemaknaan ini harus diselidiki untuk maksud dam arti bagi setiap pribadi pada setiap kasus.


3. Pemindahan (Transference)
Analisa pemindahan (transference) adalah inti dari terapi psikonalisis. Proses ini merupakan kondisi klien, di mana ia memiliki perasaan pribadi yang kuat pada analis.Perasaan itu tidak bisa dipahami berkaitan dengan peristiwa terapi yang nyata atau dari karakters analis atau perilaku yang timbul.Rasa hormat dan cinta (pemindahan yang positif) atau kebalikannya; seperti,rasa benci, penghinaan atau marah (bersifat negatif)menjadi nampak demikian berlebihan. Hal ini yang sering dilakukan pada anak-anak dan merupakan pola yang primif. Tidak sesuai dengan statusnya sebagai orang dewasa dan hubungan profesional antara klien dengan terapis.

4. Penafsiran (Interpretation)
Hal yang pokok saat melakukan proses analisa pada klien adalah penafsiran yang menjadi bagian dari asosiasi bebas menjadi bagian dari teknik dari psikoanalisis. Gambaran yang mengarahkan pada psikoterapi adanya orientasi untuk pembahasan panjangnya penafisan berkaitan dengan model terapi yang digunakan.Penafsiran psikoanalisa memiliki arti secara spesifik bagaimana ketidak sadaran.

D. Terapi Psikonalisis Jangka Pendek
Proses psikoanalisa melibatkan empat hingga lima kali pertemuan selama satu jam untuk perminggu,selama dua atau tiga tahun.penyimpangan waktu hingga empat atau lima tahun bukanlah sesuatu yang luar biasa.banyak pertimbangan,biaya yang lebih sedikit,waktu yang panjang dan akhir dari sesi yang seolah tidak terbatas.saat ini waktu proses psikoanalisis dapat dilakukan lebih singkat,tanpa mengurangi atau kehilangan kekayaan uniknya.beberapa psikoterapis praktis yang mempraktikkan psikoanalisa hingga memakan waktu bertahun-tahun.banyak orang yang memasuki proses psikoterapi psikoanalisa yang tradisional.psikoterapi untuk memperoleh bantuan pada permasalahan yang spesifik.