Senin, 01 Oktober 2012

PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA

Ni Ketut Budiartini
3PA01/14510946

1.1 PENGERTIAN PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA
Negara Indonesia terdiri dari beragam suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaannya masing – masing. kebudayaan ini memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku manusia. melalui ilmu psikologi lintas budaya kita akan mempelajari bagaimana budaya dapat mempengaruhi prilaku manusia.
berikut beberapa devinisi dari psikologi lintas budaya :

Psikologi lintas-budaya adalah cabang dari psikologi yang melihat bagaimana faktor-faktor budaya mempengaruhi perilaku manusia. The International Association of Cross-Cultural Psychology (IACCP) didirikan pada tahun 1972, terus tumbuh dan berkembang sejak saat itu. Hari ini, terjadi peningkatan jumlah psikolog yang menyelidiki perbedaan perilaku antara berbagai budaya di seluruh dunia.

Psikologi lintas budaya adalah kajian mengenai persamaan dan perbedaan dalam fungsi individu secara psikologis, dalam berbagai budaya dan kelompok etnik; mengenai hubungan-hubungan di antara ubaha psikologis dan sosio-budaya, ekologis, dan ubahan biologis; serta mengenai perubahan-perubahan yang berlangsung dalam ubahan-ubahan tersebut.

Budaya mengacu pada banyak karakteristik dari sekelompok orang, termasuk sikap, perilaku, adat istiadat dan nilai-nilai yang ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya (Matsumoto, 2000). Tujuan dari psikologi lintas-budaya adalah untuk melihat kedua perilaku universal dan perilaku yang unik untuk mengidentifikasi di mana dampak perilaku kita, kehidupan keluarga, pendidikan, pengalaman sosial dan daerah lainnya.
Banyak psikolog lintas-budaya yang memilih untuk fokus pada satu dari dua pendekatan:
1. Pendekatan etik berfokus pada mempelajari bagaimana budaya yang berbeda adalah serupa.
2. Pendekatan emik berfokus pada mempelajari perbedaan antara budaya.
Beberapa pengertian psikologi lintas budaya dari tokoh lain adalah :
- penelitian lintas budaya dalam psikologi adalah perbandingan variabel psikologis secara sistematis yang jelas dalam kondisi budaya yang berbeda dalam rangka untuk menentukan pendahulu dan proses yang menengahi munculnya perbedaan perilaku(Ecksenberger, 1972 ).

- psikologi lintas budaya adalah studi empiris pada anggota berbagai kelompok kebudayaan yang mempunyai perbedaan pengalaman yang mengarah pada tanda dan perilaku berbeda yang dapat diprediksi. mayoritas penelitian yang dilakukan adalah penelitian pada kelompok yang berbicara dengan bahasa yang berbeda dan diatur oleh unit politik yang berbeda ( Brislin, Lonner, Thorndike, 1973 ).

- penelitian tentang psikologi lintas budaya adalah berbagai macam tipe penelitian tentang perilaku manusia yang memperbandingkan antara dua atau lebih budaya yg ada ( Matsumoto, 1996 ).

- psikologi lintas budaya adalah studi tentang persamaan dan perbedaan fungsi psikologis individu dalam berbagai budaya dan kelompok etnis, serta hubungan antara variabel psikologis dan budaya sosial, ekologi, variabel biologi, serta perubahan variabel-variabel tersebut. ( Berry, 1992 )

Menurut Segall, Dasen dan Poortinga, psikologi lintas-budaya adalah kajian mengenai perilaku manusia dan penyebarannya, sekaligus memperhitungkan cara perilaku itu dibentuk dan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan sosial dan budaya. Definisi ini mengarahkan perhatian pada dua hal pokok: keragaman perilaku manusia di dunia dan kaitan antara perilaku terjadi. Definisi ini relatif sederhana dan memunculkan banyak persoalan

Salah satu definisi konsep budaya adalah yang dikemukakan Koentjaraningrat (2002) yang mendefinisikannya sebagai seluruh total dari pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak berakar kepada nalurinya, dan yang karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia sesudah proses belajar. Definisi tersebut mendominasi pemikiran dalam kajian-kajian budaya di Indonesia sejak tahun 70an, sejak buku ‘Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan’ diterbitkan. Koentjaraningrat (2002) memecahnya ke dalam 7 unsur, yakni sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian hidup dan sistem teknologi dan peralatan. Ketujuh unsur itulah yang membentuk budaya secara keseluruhan

1.2 TUJUAN PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA
Tujuan dari lintas-budaya psikolog adalah untuk melihat manusia dan perilakunya dengan kebudayaan yang ada sangat beragam dengan kebudayaan yang ada disekitar kita . untuk melihat kedua perilaku universal dan perilaku yang unik untuk mengidentifikasi cara di mana budaya dampak perilaku kita, kehidupan keluarga, pendidikan, pengalaman sosial dan daerah lainnya.

1.3 HUBUNGAN PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA DENGAN PSIKOLOGI BUDAYA & ANTROPOLOGI
Hubungan Psikologi dan Budaya
Pada awal perkembangannya, ilmu psikologi tidak menaruh perhatian terhadap budaya. Baru sesudah tahun 50-an budaya memperoleh perhatian. Namun baru pada tahun 70-an ke atas budaya benar-benar memperoleh perhatian. Pada saat ini diyakini bahwa budaya memainkan peranan penting dalam aspek psikologis manusia. Oleh karena itu pengembangan ilmu psikologi yang mengabaikan faktor budaya dipertanyakan kebermaknaannya. Triandis (2002) misalnya, menegaskan bahwa psikologi sosial hanya dapat bermakna apabila dilakukan lintas budaya. Hal tersebut juga berlaku bagi cabang-cabang ilmu psikologi lainnya.

Hubungan psikologi dengan antropologi
Kategori yang sering digunakan untuk merujuk kelompok budaya adalah etnisitas dan bahasa. Sebuah kelompok etnik diposisikan sebagai satu kelompok budaya. Demikian juga masyarakat yang menggunakan bahasa khasnya sendiri diperlakukan sebagai satu kelompok budaya khusus. Asumsinya mendasarkan pada pendapat Jacques Lacan, yang menyatakan bahwa manusia terkungkung pada bahasa yang digunakannya. Bahasa adalah penentu budaya manusia. Dunia dipahami manusia dari kelompok budaya berbeda secara berbeda karena bahasa yang digunakan untuk memahaminya juga berbeda. Oleh karena itu orang minang, meskipun dilahirkan di luar Sumatera Barat, namun sepanjang ia dibesarkan dengan bahasa ibu bahasa minangkabau, maka ia semestinya dimasukkan dalam kelompok budaya minangkabau. Sebaliknya apabila dia dibesarkan dengan bahasa ibu bahasa jawa, maka semestinya ia dikelompokkan ke dalam kelompok budaya jawa, meskipun ibu bapanya orang minang. Lantas bagaimana bila ibu minang, bapak jawa dan sang anak dibesarkan dengan bahasa indonesia, apakah kemudian sang anak menjadi kelompok budaya indonesia dan tidak menjadi minang ataupun jawa?

Pada umumnya penelitian psikologi lintas budaya dilakukan lintas negara atau lintas etnis. Artinya sebuah negara atau sebuah etnis diperlakukan sebagai satu kelompok budaya. Dari sisi praktis, hal itu sangat berguna. Meskipun hal tersebut juga menimbulkan persoalan, apakah sebuah negara bisa diperlakukan sebagai satu kelompok budaya bila didalamnya ada ratusan etnik seperti halnya indonesia? Dalam posisi seperti itu, penggunaan bahasa nasional yakni bahasa indonesia menjadi dasar untuk menggolongkan seluruh orang indonesia ke dalam satu kelompok budaya.
Pada akhirnya tidak ada kategori kaku yang bisa digunakan untuk melakukan pengelompokan budaya. Apakah batas-batas budaya itu ditandai dengan ras, etnis, bahasa, atau wilayah geografis, semuanya bisa tumpang tindih satu sama lain atau malah kurang relevan.

Daftar Pustaka

Koentjaraningrat (2002). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia
Matsumoto, D. (2002). Culture, psychology, and education. In W. J. Lonner, D. L. Dinnel, S. A.
Hayes, & D. N. Sattler (Eds.), Online Readings in Psychology and Culture (Unit 2, Chapter 5), (http://www.ac.wwu.edu/~culture/index-cc.htm), Center for Cross-Cultural Research, Western Washington University, Bellingham, Washington USA
Triandis, H.C. (1994). Culture and Social Behavior. New York : McGraw-Hill.
Etika Individual Pola Dasar Filsafat Moral. Karangan Drs. H. Burhanuddin,MM. Penerbit Rineka Cipta ISBN : 979-518-761-9 Tahun terbit 1997
http://mhikkyu.blogspot.com/2011/10/psikologi-lintas-budaya.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar